Memasuki bulan ketujuh work from home, siapa nih yang mengalami masalah rambut rontok? Jika helai-helai rambut yang berserakan di lantai rumahmu semakin bertambah banyak dan tak cukup yakin apa penyebabnya, pandemi bisa jadi adalah kambing hitamnya.
Memang, pandemi Covid-19 yang sedang kita hadapi bisa memberi pengaruh yang signifikan pada kondisi rambut dan kulit kepala. Kok bisa?
Hal ini karena disebabkan stress. stres. Perubahan pola hidup, interaksi sosial yang terbatas, resesi ekonomi dan segala ketidakpastian di masa depan adalah beberapa alasan yang dapat dengan mudah memicu stres. Walaupun mungkin kamu tak merasakannya, tubuh dapat memberikan respon berbeda terhadap stressor ini.
Hal ini juga diungkapkan oleh dr. Endi Novianto, SpKK(K), FINSDV, FAADV selaku Medical Advisor MEN/O/LOGY by ZAP. Kondisi kerontokan rambut yang kronis disebut dengan telogen effluvium. Salah satu penyebabnya adalah stres psikologis yang membuat berkurangnya jumlah folikel atau tempat tumbuhnya rambut.
“Akibatnya, rambut mengalami fase telogen atau istirahat. Hal inilah yang memicu rambut menjadi rontok,” ujarnya dalam acara ZAP Virtual Meet Up.Telogen effluvium dapat dialami oleh laki-laki maupun perempuan dari berbagai rentang usia. Mereka dapat kehilangan 150-400 helai rambut per hari, melebihi jumlah kerontokan normal yang berkisar 50- 100 helai per hari.
Kondisi ini biasanya baru diketahui beberapa bulan setelah mengalami stres, ketika pitak atau kebotakan mulai terlihat. Walaupun tidak bersifat permanen, pemulihan rambut rontok ini membutuhkan waktu beberapa bulan hingga satu tahun lamanya.
Dengan perkembangan teknologi, mengobati rambut rontok parah dapat dilakukan dengan perawatan platelet-rich plasma atau PRP Siapa bilang PRP hanya untuk wajah, kulit kepala juga bisa dilakukan metode satu ini.
Proses suntik prp rambut dilakukan dengan mengambil sedikit darah pasien dan mengaplikasikannya dengan alat vital injector. Darah kemudian diolah menjadi plasma darah kaya trombosit yang kandungannya dapat mencapai 5-10 kali lipat konsentrasi normal.
Plasma ini mengandung ratusan protein dan growth factor yang ketika diinjeksikan kembali ke kulit kepala pasien akan memberi nutrisi yang mampu merangsang folikel pertumbuhan rambut secara efektif.
Perawatan PRP ini bisa didapatkan di seluruh ZAP Clinic, ZAP Premiere, dan MEN/O/LOGY by ZAP.
Bagaimana Cara Perawatan PRP
Sebelum menjalani perawatan, pasien diwajibkan untuk mencuci rambut serta menghentikan perawatan kimia rambut (pengeritingan, pewarnaan, pelurusan, dan lainnya) sejak satu minggu sebelumnya.
Calon pasien diwajibkan untuk menjalani sesi konsultasi dengan dokter untuk mengetahui kondisi secara detail. Orang dengan HIV/AIDS, riwayat hepatitis B & C, kanker, riwayat gangguan trombosit, atau pembekuan darah dianjurkan untuk tidak menjalani perawatan PRP.
Tindakan perawatan ini hanya berlangsung selama tiga puluh menit, diawali dengan mengambil darah pasien untuk selanjutnya diolah dengan teknologi khusus.
Area yang akan di-treatment dibersihkan, kemudian dilakukan injeksi, lalu dilanjutkan dengan pengaplikasian aktivator PRP.
Dengan teknologi terbaru, ZAP menawarkan perawatan PRP yang minim rasa sakit. Setelah mendapatkan perawatan PRP, pasien baru diperbolehkan mencuci rambut 8 jam setelahnya dengan menghindari menggunakan air panas.
Berapa Kali Perlu Melakukan PRP?
Menurut dr. Endi perawatan PRP ini tidak bisa dilakukan hanya sekali. Meskipun Hasil perawatan PRP di ZAP sudah dapat terlihat sejak dua minggu hingga satu bulan.
“PRP ini harus berulang tidak sekali. Jandgan harap sekali treatment rambut menjadi lebat dan tidak rontok. Tapi kalau ditanya apakah sekali sudah melihat perubahan, tentu terlihat,” katanya.
Dr. Endi juga mengatakan untuk mendapatkan hasil yang maksimal, PRP dapat dilakukan berkala dua hingga empat minggu sekali. Setelah selesai perawatan kamu bisa menjaganya dengan melakukan treatment selama tiga bulan sekali.
“Bisa dilakukan secara berkala dua hingga empat minggu. Ada pengalaman dari pasien saya setiap 2 minggu sekali selama 8 kali. Setelah empat bulan treatment hasilnya sesuai diinginkan atau tidak, kemudian evaluasi kembali,” tuturnya.