Skenario Pemerintah Hemat Devisa dari Biodiesel

Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan yakin kebijakan pencampuran biodiesel pada solar nonsubsidi mampu menghemat devisa besar. Saat ini, pemerintah udah membawa tiga skenario penghematan yang diperoleh dari kebijakan tersebut.

 

Skenario pertama, asumsi harga minyak mentah sebesar US$70 per barel. Dengan asumsi harga minyak berikut dan impor minyak 42 juta barel per tahun, penghematan devisa mampu capai US$2,94 miliar atau Rp39,69 triliun per tahun.

Skenario kedua, asumsi harga minyak mentah sebesar US$75 per barel. Dengan asumsi berikut dan kuantitas impor yang sama, penghematan devisa mampu capai US$3,15 miliar atau Rp45,67 triliun per tahun.

Sementara itu skenario ketiga, asumsi harga minyak dunia sebesar US$80 per barel. Dengan asumsi tersebut, penghematan devisa mampu capai US$3,36 miliar atau Rp48,72 triliun per tahun.

 

“Jadi tergantung skenario mana yang dipilih,” katanya .

Luhut menjelaskan bahwa selain berpotensi menghemat devisa, penerapan kebijakan biodiesel terhitung mampu berdampak pada konsumsi minyak sawit mentah (CPO).

 

Kebijakan berikut mampu mendongkrak keinginan CPO, terhitung terhitung harganya.
Luhut memperkirakan, kebijakan berikut mampu mengerek harga CPO sebesar US$200 per ton. Dengan kenaikan harga tersebut, kebijakan perluasan pencampuran biodiesel mampu mendongkrak penerimaan devisa sampai bersama US$9,36 miliar.

 

Pemerintah memiliki rencana menerapkan kebijakan mandatori pencampuran 20 prosen biodiesel ke dalam BBM tipe solar dengan pengukuran Fill Rite Flow Meter.

Langkah berikut dilakukan untuk kurangi tekanan impor dan menghemat devisa.

Kebijakan berikut rencananya terasa dilakukan Agustus ini. Tapi Menteri Koordinator Perekonomian Darmin nasution menjelaskan bahwa kebijakan berikut kemungkinan besar baru mampu dilakukan September nanti.

RSS
Follow by Email